Friday 25 March 2011

MAKNA KHAIRU UMMAH DAN UMMATAN WASATHAN UNTUK MEMBENTUK GENERASI MUSLIM YANG TANGGUH


Islam adalah agama yang diwahyukan Allah Swt. sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia agar memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan yang dicita-citakan dalam ajaran Islam adalah kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya, yang meliputi kebahagiaan individu maupun sosial, kebahagiaan keluarga ataupun bangsa, kebahagiaan jasmani maupun rohani, kebahagian dunia maupun akhirat. Singkatnya, kebahagiaan dalam arti yang seluas-luasnya.

Oleh karena itu, ajaran Islam adalah ajaran yang komprehensif yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Islam mengandung ajaran tentang ibadah kepada Tuhan, kesejahteraan sosial dan ekonomi, kesenian, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang diperlukan untuk mencapai kehidupan manusia yang bermartabat dan berkemajuan.

Sejalan dengan itu ajaran Islam menekankan pentingnya pembentukan generasi muslim yang kuat dan mencerminkan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspeknya.

Umat Islam disifati di dalam al-Qur’an dengan sebutan khairu ummah, umat yang sebaik-baiknya, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

“Kamu sekalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia, yang menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah?” (Q.S. Ali ‘Imrân: 110).

Bagian pertama dari ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan dalam sejarah kehidupan manusia, sedangkan bagian kedua menjelaskan tentang sebab mengapa mereka disebut umat yang terbaik. Alasannya, karena mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah atau menjauhkan dirinya dari yang munkar.

Sejalan dengan ayat tersebut di atas, Allah Swt. berfirman pula:

“Dan hendaknya kamu sekalian menjadi suatu umat yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf. Mereka adalah orang-orang yang beruntung?” (Q.S. Ali ‘Imrân: 104).

Dalam ayat tersebut yang dimaksud al-khair ialah kebaikan yang diajarkan oleh agama, sedangkan yang dimaksud dengan al-ma’ruf ialah kebiasaan atau adat istiadat yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebaliknya, yang dimaksud dengan al-munkar ialah adat kebiasaan atau istiadat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kebaikan yang dimaksud di dalam al-Qur’an ialah kebaikan yang didasari oleh iman kepada Allah dan melahirkan aktivitas ibadah dan akhlak.

Lebih lanjut dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwa ciri-ciri manusia yang memperoleh keberuntungan yaitu orang-orang yang memiliki tanda-tanda atau sifat-sifat sebagai berikut:

1. Mereka ialah orang yang beriman kepada Allah yang menciptakan, mengatur, dan menentukan terjadinya segala sesuatu. Iman ialah kepercayaan yang tertanam di dalam hati yang dibuktikan dengan kepatuhan dan penyerahan diri kepada Allah;

2. Mengerjakan shalat dengan khusyu’, yakni dengan tunduk, baik lahir maupun batin, dan mengagungkan nama Allah;

3. Meninggalkan sesuatu yang tidak berguna, baik perkataan maupun perbuatan. Tidak menyiakan waktunya untuk melakukan perbuatan yang tidak berguna;

4. Memberikan sebagian hartanya (menunaikan zakat) sebagai cermin kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia;

5. Mengendalikan syahwatnya dari godaan melakukan perbuatan zina;

6. Memelihara amanat dan janjinya, baik kepada Tuhan ataupun sesama manusia; dan

7. Memelihara shalatnya, dalam arti melakukannya secara istiqamah pada waktu-waktu yang telah ditetapkan.

Sifat-sifat tersebut di atas adalah sifat-sifat yang membawa manusia kepada kehidupan yang mulia, baik yang bersifat pribadi maupun sosial. Tujuh sifat tersebut di atas dijelaskan di dalam al-Qur’an sebagai berikut:

“Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyu’ di dalam shalatnya; yang menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna; yang menunaikan zakat; dan yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka dan budak yang mereka miliki. Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Orang-orang yang memelihara beberapa amanat dan janji yang dipikulnya, serta orang-orang yang memelihara salatnya, mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi, yakni mewarisi sorga Firdaus, di mana mereka kekal di dalamnya”. (Surat al-Mu’minûn : 1-11).

Di dalam ayat lain, umat Islam disebut sebagai ummatan wasathan, yaitu umat yang memiliki sifat-sifat yang moderat, sifat pertengahan, tidak ekstrim, dan sifat yang mencerminkan keseimbangan jasmani-rohani, lahir-batin, jiwa-raga, dunia-akhirat.

Ummatan wasathan adalah umat yang moderat, yang mencerminkan keseimbangan dan keserasian, dalam sifat dan perilakunya. Para hukama’ menjelaskan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga daya yang masing-masing melahirkan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat itu ada yang ekstrim dalam arti berlebihan atau ekstrim dalam arti menunjukkan kelemahan. Di antara kedua sifat ekstrim tersebut terdapat sifat yang moderat dan pada sifat yang moderat itulah terletak keutamaan sebagai akhlak yang baik. Ketiga daya yang terdapat dalam diri manusia antara lain:

1. Daya berpikir, yang melahirkan keutamaan dalam bentuk kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrim, yaitu ekstrim dalam arti penggunaan akal secara berlebihan dan ekstrim dalam arti ketidakmampuan manusia dalam menggunakan akalnya;

2. Daya syahwat, yaitu keinginan kepada kelezatan jasmani yang melahirkan sifat keutamaan berupa kesanggupan manusia untuk mengendalikan dirinya. Pengendalian diri merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrim, yaitu syahwat yang berlebihan (rakus) dan syahwat yang sangat lemah sehingga manusia bersikap pasif, dingin, dan tidak mempunyai keinginan terhadap segala sesuatu;

3. Daya emosi, yang melahirkan sifat keutamaan berupa keberanian untuk memperjuangkan kebenaran. Keberanian merupakan pertengahan antara dua sifat ekstrim yaitu emosi yang berlebihan dan tanpa perhitungan, serta tidak adanya emosi untuk memperjuangkan sesuatu.

Jadi, tiga daya itu melahirkan tiga sifat utama, yaitu kebijaksanaan, keberanian, dan pengendalian diri. Dalam pada itu, terdapat sifat utama yang merupakan perpaduan antara ketiganya yaitu keadilan. Keadilan adalah sifat yang utama yang harus dimiliki oleh umat yang beriman, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Dalam Islam, keadilan sangat ditekankan. Karenanya, orang Islam adalah orang yang menerapkan keadilan dalam kehidupan dirinya maupun dalam bermasyarakat. Allah Swt. berfiman:

“Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu sekalian ummatan wasathan (umat yang moderat, umat yang adil, umat pilihan), agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu?” (Q.S. Al-Baqarah: 143).

Kebaikan dalam kehidupan sosial dimulai dari kebaikan dalam kehidupan individu. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehinga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri?” (Q.S. Ar-Ra’d: 11).

Pembentukan generasi muslim yang kuat dimulai dari pembentukan pribadi yang kuat. Pribadi yang kuat membentuk keluarga yang tangguh. Keluarga yang tangguh membentuk generasi muslim yang tangguh dan mencerminkan nilai ajaran Islam dalam akhlaknya.

Wallahu A'lam...

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts